Jumat, 30 Maret 2012

ALLAH SEBAGAI TUKANG TEMBIKAR

Minggu, 11 Maret 2012


ALLAH SEBAGAI TUKANG TEMBIKAR


“Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu” (Yesaya 64:8).


Kapankah pertama kali Alkitab menyatakan Allah menunjukkan ketrampilan-Nya bekerja dengan “tanah liat?” Kejadian 1:26,27,31; Kejadian 2:7.


Kejadian 1:26,27,31

1:26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."

1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

1:31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.


Kejadian 2:7

ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.


Kitab Kejadian pasal satu menceritakan bahwa Allah menciptakan manusia pertama dari “debu tanah,” Kenyataanya, kata” dalam Bahasa Ibrani untuk “manusia” Adam sangat bertalian erat dengan kata untuk “tanah yaitu adamah – sebuah ikatan kata yang menguatkan kebenaran ajaib mengenai ketrampilan Allah sebagai “Tukang Tembikar”. Dia benar-benar membentuk kita dari tanah liat. Sangat sulit untuk membayangkan bagaimana seorang manusia yang memiliki darah, tulang, kulit dan saraf dan semua bagian tubuh kita yang menakjubkan, dapat dibentuk dari tanah. Keberadaan kita adalah suatu mujizat di luar akal pemahaman manusia.

Dalam suatu pengertian, meskipun “tukang tembikar” bekerja membuat patung, dengan cara itu Allah mengunakan tanah liat untuk membentuk kita, namun dengan cara lain (sebagai gambaran untuk menjelaskan kuasa dan pekerjaan Allah) hal itu sulit untuk menyatakan kreativitas-Nya dan daya seni-Nya. Dengan kata lain, dapatkah pengrajin tanah liat atau tukang tembikar membentuk patung dari tanah liat dan menjadikannya sesuatu yang hidup, dan bernapas?



Baca Yermia 18:3-10; Yesaya 64:5-8; Mazmur 51:10. Bagaimanakah Allah digambarakan sebagai tukang tembikar pada beberapa ayat ini?


Yermia 18:3-10

18:3 Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan.

18:4 Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.

18:5 Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya:

18:6 "Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!

18:7 Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan dan membinasakannya.

18:8 Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka.

18:9 Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan membangun dan menanam mereka.

18:10 Tetapi apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mata-Ku dan tidak mendengarkan suara-Ku, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak mendatangkan keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka.


Yesaya 64:5-8

64:5 Engkau menyongsong mereka yang melakukan yang benar dan yang mengingat jalan yang Kautunjukkan! Sesungguhnya, Engkau ini murka, sebab kami berdosa; terhadap Engkau kami memberontak sejak dahulu kala.

64:6 Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.

64:7 Tidak ada yang memanggil nama-Mu atau yang bangkit untuk berpegang kepada-Mu; sebab Engkau menyembunyikan wajah-Mu terhadap kami, dan menyerahkan kami ke dalam kekuasaan dosa kami.

64:8 Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu.


Mazmur 51:10

Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali!

Diantara konsep-konsep yang dinyatakan dalam ayat-ayat ini adalah suatu gambaran betapa tak berdayanya kita tanpa kuasa Allah. Dalam suatu pengertian, kita adalah seperti tanah liat di tangan seorang tukang tembikar; tukang tembikar itulah yang berwenang, bukan tanah liatnya.

Di saat yang sama, Allah sedang bekerja menciptakan kembali gambar-Nya di dalam kita. JIka Allah begitu peduli dengan fisik ciptaan-Nya, betapa lebih pedulikah Dia akan keindahan yang Dia dapat lakukan di dalam kita? Kita harus berserah, mati terhadap diri, dan bekerja sama dengan Tuhan, yang berusaha untuk menciptakan kembali dan memulihkan kita, sedapat mungkin, kepada kehidupan rohani yang asli dan keindahan moral yang pernah kita miliki. Tentu saja, penampilan luar dapat kelihatan indah tetapi keindahan dari dalam diri adalah perkara yang sungguh sangat penting.


Penulis Rusia bernama Fyodor Dostoevsky menciptakan sebuah peran fiksi, yang dia sebut, “jiwa yang indah”. Apakah gambaran Anda tentang “jiwa yang indah”, dan hal-hal apakah yang Anda lakukan dan tidak lakukan, sesuai dengan gambaran itu?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar