Dalam kitab Perjanjian lama, kita menemukan sebuah catatan yang konsisten mengenai berbagai respons manusia terhadap Allah yang kudus.
Bagaimanakah dalam Perjanjian Baru?
Beberapa orang Kristen modern memperdebatkan bahwa kitab Perjanjian Lama menyatakan gambaran yang primitive dan sudah kadaluarsa tentang Allah, satu Allah yang sangat kejam dan sangat gampang marah.
Tetapi ketika Yesus datang, Dia sekarang adalah Allah yang penuh rahmat dan kasih.
Tentu saja, kita tahu, bahwa hal ini merupakan pandangan yang menyimpang dari Alkitab dan karakter Allah yang tidak pernah berubah.
Apakah yang diajarkan para penulis Alkitab Perjanjian Baru kepada kita mengenai kekudusan Allah? Bacalah Lukas 5:1-11. Bagaimanakah hal ini menunjukan konsistensi antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengenai kekudusan Allah?
Lukas 5:1-11
5:1 Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah.
5:2 Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya.
5:3 Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.
5:4 Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."
5:5 Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."
5:6 Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.
5:7 Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.
5:8 Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."
5:9 Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap;
5:10 demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."
5:11 Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.
Sesudah mereka bekerja keras dan berhasil sepanjang malam sebagai nelayan, Yesus menyediakan sebuah mukjizat menangkap ikan bagi murid-murid-Nya yang telah bekerja keras. Ketika hal itu terjadi respon manusia normal biasanya adalah berterima kasih kepada Yesus atas bantuan Finansial yang luar biasa seperti itu. Namun, respons Petrus, berfokus pada hal lain. Reaksinya lebih menyerupai para tokoh Alkitab Perjanjian Lama yang bertemu dengan Allah.
“Tetapi kini Petrus tidak lagi menghiraukan akan perahu dan muatannya. Mukjizat ini melebihi segala sesuatu yang pernah di saksikannya, karena hal ini baginya adalah menjadi suatu kenyataan kuasa Ilahi. Pada wajah Yesus ia telah lihat Seorang yang mengendalikan semesta alam. Hadirnya keilahian-Nya telah menyatakan bahwa ia tidak suci. Cita bagi Tuhan-Nya, malu akan kurang percayanya, bersyukur akan kerendahan hati Yesus, terlebih pula perasaan akan kecemarannya dihadapan kesucian yang kekal telah mengalahkan dia. Dikala teman-temannya mengeluarkan ikan-ikan dari dalam pukat, Petrus jatuh di kaki Juruselamat sambil berkati, “Tuhan pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa”. – Ellen G. White, Alfa dan Omega, jilid 5, halaman 255.
Mengapa bereaksi seperti ini? Itu karena kita tidak di dalam Taman Eden lagi, dimana Adam dan Hawa –sebelum mereka jatuh ke dalam dosa—menyambut kehadiran Allah dalam kesejukan malam.
Keakraban ini secara dramatis berubah dengan seketika sesudah kejatuhan, pada waktu pasangan itu lari dan bersembunyi. Tidak banyak yang berubah sejak itu. Tentu saja, reaksi ini menjadi gambaran yang konsisten diseluruh ayat Alkitab.
Kapan pun seseorang kalau benar-benar bertemu dengan Allah yang hidup, disana ada kengerian setelah akhirnya menyadari keberdosaannya sendiri
Kapankah terakhir kalinya Anda melihat dengan jelas sifat Anda sendiri yang penuh dosa? Penglihatan yang cukup mengerikan, bukan? Pengharapan apakah yang Anda miliki dan mengapa?
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar