Rabu, 01 Februari 2012

KETIKA SETAN BERBICARA

Kamis, 2 Februari 2012


Baca Lukas 4: 31-36. Kesaksian apakah yang diberikan tentang kekudusan Kristus? Kesaksian Apakah yang penting dari orang yang memberi kesaksian itu juga? Pelajaran apakah yang dapat kita ambil dari cerita ini mengenai kekudusan Allah?


Lukas 4:31-36

4:31 Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat.

4:32 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa.

4:33 Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras:

4:34 "Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah."

4:35 Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Dan setan itu pun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya.

4:36 Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan mereka pun keluar."

Setan-setan, yaitu malaikat-malaikat yang jatuh, mengingat siapa sebenarnya Yesus itu, dan bahkan dalam kejahatan kebencian, dan pemberontakan mereka—terpaksa mereka harus mengakui bahwa Dia adalah kudus.Perhatikan juga bahwa mereka takut ketika Dia ingin menghancurkan mereka. Mengapa sangat ketakutan? Demikianlah seharusnya, karena penuh dengan dosa, bahkan malaikat Setanpun takut berhadapan dengan kehadiran kekudusan Allah, agak sama dengan cara yang dilakukan umat manusia yang telah berdosa.



Dalam buku terakhir Alkitab, Yohanes mengambarkan saat dia menerima penglihatan dari Allah. Baca Wahyu 1:12-17. Yohanes kadang-kadang dirujuk sebagai rasul yang memiliki pengertian yang paling besar tentang kasih Allah, menunjukan respons yang sama ketika bertemu dengan Allah yang kudus sebagaimana kita lihat dalam tiap Perjanjian Lama. Selain itu, sebuah penglihatan tentang bagaimana penghuni surga menyembah Allah dalam bait suci surgawi memberi sebuah gambaran yang sama dengan apa yang Yesaya gambarkan pada abad-abad permulaan dalam sebuah penglihatan (Lihat Yesaya 6:1-3).

Wahyu 1:12-17

1:12 Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas.

1:13 Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.

1:14 Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api.

1:15 Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau air bah.

1:16 Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik.

1:17 Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,


Yesaya 6:1-3

6:1 Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.

6:2 Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang.

6:3 Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"


Apakah seruan yang Yohanes dengar dari para makhluk surgawi yang berada di sekitar takhta-Nya? Wahyu 4:8,9.


Wahyu 4:8-9

4:8 Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."

4:9 Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya,



Walaupun Allah adalah kasih dan seluruh penghuni surge memuja Dia, kita dapat melihat bahwa, disekeliling takhta Allah, nyanyian pujian penyembahan bukanlah: “Allah adalah kasih, kasih, kasih”. Seluruh makhluk surga tidak juga berseru Allah itu baik, baik, baik”.

Malahan, siang dan malam mereka berseru, “Kudus, kudus, kudus, Tuhan Allah Yang Mahakuasa”.


Meskipun seluruh penduduk surga terlihat dalam pelayanan kasih Allah dan untuk keselamatan dunia ini, makhluk-makhluk surgawi di sekeliling takhta-Nya siang dan malam memuji kekudusan Allah. Sebagai orang yang tidak berdosa, mereka kagum oleh kekudusan itu, seperti yang dilakukan umat manusia yang telah jatuh dalam dosa.

Dalam semua pertemuan manusia dengan Ilahi seperti digambarkan dalam Alkitab, tidak satupun pernah menemukan kesan bahwa Allah itu menakutkan. Sebaliknya, yang kita temukan adalah dalam pancaran cahaya kekudusan-Nya, umat manusia itu akhirnya melihat kadaan diri mereka yang sesungguhnya. Dan hal ini sangat manakutkan.

Dalam kitab suci, ketika manusia benar-benar bertemu dengan Allah, kita menemukan tidak ada tepuk tangan, beramah-tamah, menyanyi kegirangana. Yang ada disitu hanyalah pertobatan pribadi. Masing-masing melihat dan mengakui kesalahan pribadi mereka dan tanpa alasan dan tanpa menghubungkan kesalahan kepada orang lain.


Betapa berbedanya kata-kata kita, kehidupan kita, dan tindakan kita sekiranya kita semua hidup dengan pendirian yang tetap, bukan hanya terhadap kehadiran Allah tetapi kekudusan-Nya juga.



...


1 komentar:

  1. Apa yang kita pelajari tentang kekudusan Allah yang diungkapkan?

    1. Setan pun tak dapat menahan diri untuk mengungkap kekudusan Anak Allah. Tetapi itu bukan dilakukannya dengan maksud hendak memuji Tuhan, melainkan karena ketakutan. Kekudusan Tuhan memang adalah kebinasaan bagi setan.

    2. Ketakutan manusia saat berhadapan dengan kekudusan ilahi merupakan reaksi spontan akibat kecemaran dosa. Namun setiap kali Tuhan akan mengangkat manusia itu berdiri kembali dan menenangkan hati mereka. Kekudusan Tuhan memang adalah kekuatan bagi umat-Nya.

    3. Allah mencari manusia yang berdosa bukan untuk membinasakan mereka, melainkan untuk menyelamatkan (Yoh. 3:17). Tuhan juga memanggil kita bukan untuk apa yang cemar, melainkan untuk apa yang kudus (1Tes. 4:7).

    BalasHapus